Selasa, 05 April 2016

Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal (pertemuan ke 2)

Komunikasi Interpersonal

Menurut beberapa ahli komunikasi intrerpersonal dijabarkan sebagai berikut:

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Menurut Burgon & Huffner (2002), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual.
Kesimpulannya komunikasi interpersonal adalah proses penukaran informasi atau komunikasi yang dilakukan oleh dua orang secara langsung sehingga komunikan dapat melihat dampak maupun reaksi yang diberikan oleh lawan biacaranya secara verbal maupun non-verbal.
Pada hakekatnya komunikasi interpersonal menurut Effendi adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan. Jenis komunikasi ini dianggap oleh Effendi adalah komunikasi yang efektif dalam upaya megubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan.
Arus balik sifatnya langsung, sehingga komunikator mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga, apakah respon yang diberikan positif atau negatif, berhasil atau tidak berhasil. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Klasifikasi Komunikasi Interpersonal

Dikutip Muhammad (2004, p. 159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi ataupun pemeriksaan serta wawancara.

1.    Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili, serta orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.
2.  Percakapan sosial merupakan interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi.
3.    Interogasi atau pemeriksaan merupakan interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan juga menuntut informasi dari yang lain.
4.      Wawancara merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab.

Ada beberapa tujuan dalam komunikasi interpersonal, 6 diantaranya sebagai berikut:
  1. Menemukan personal atau pribadi. Dalam komunikasi interpersonal ada kesempatan kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita yang membuat komunikasi tersebut sangat menarik dan mengasyikkan untuk didiskusikan. Dengan membicarakan diri kita terhadap orang lain, kita memberikan seumber balikan yang luar biasa terhadap perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
  2. Menemukan dunia luar. Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal.
  3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti. Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu dipergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
  4. Berubah sukap dan tingkah laku. Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah, banyak waktu yang terlibat dalam posisi interpersonal.
  5. Untuk bermain dan kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan untuk menghabiskan wkatu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
  6. Untuk Membantu. Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk mengarahkan kliennya. Ini juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita seari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah, dan sebagainya.

Komunikasi interpersonal yang efektif juga mempunyai 6 fungsi, yaitu berfungsi untuk:
a. Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu
b. Menyampaikan pengetahuan atau informasi
c. Mengubah sikap dan perilaku
d. Pemecahan masalah hubungan antar manusia
e. Citra diri menjadi lebih baik
f. Jalan menuju sukses.

Dalam komunikasi interperonal komunikator kan komunikan dapat saja menemui hambatan, beberapa hambatan ini disebabkan oleh:

a. Komunikator.
Hambatan dalam hal biologis, contohnya saja jika komunikatornya gagap dalam berbiaca, hambatan lain dalam hal psikologis adalah komunikator yang disergap rasa gugup dan rasa tidak nyaman.
b. Media.
Hambatan yang dapat terjadi adalah pada masalah teknologi komunikasi, seperti telepon, microphone, dll.
c. Komunikan.
Hambatan pada komunikan dalam hal biologis, dapat saja komunikan mengalami sulit pendengaran atau tuna rungu. Hambatan lain dalam hal psikologinya adlaha komunikan yang sulit berkonsentrasi dalam pembicaraan.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum ( Devito, 1997, p.259-264 )  yang dipertimbangkan yaitu :

1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan ini mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. komunikator interpersonal yang efektif haruslah dapat terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. hal Ini tidaklah berarti bahwa orang harus membukakan semua riwayat hidupnya. Aspek keterbukaan ini mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan serta pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam arti iyalah mengakui bahwa perasaan serta pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda serta anda bertanggung jawab atasnya.

2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati iyalah  sebagai  ”kemampuan seseorang untuk dapat ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada saat tertentu.”berempati iyalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama serta merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.

3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif merupakan hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka serta empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita dapat memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap
·         deskriptif, bukan evaluatif,
·         spontan, bukan strategic,
·         provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)
Kita dapat mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan dua cara:
1.      menyatakan sikap positif secara secara positif dapat mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.
2.      perasaan positif untuk situasi komunikasi  ini pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.

5. Kesetaraan (Equality)
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal ini akan lebih efektif bila suasananya setara. dalam  arti, harus adanya pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai serta berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk dapat disumbangkan.


KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

Komunikasi intrapersonal adalah proses yang terjadi di dalam individu mulai dari kegitan menerima pesan atau  informasi, mengolah, menyimpan dan menghasilkan kembali. Komunikasi intrapersonal juga dapat diartikan proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu (internal).
Aktivitas dari komunikasi intrapersonal yang dilakukan manusia sehari-hari dalam upaya memahami diri sendiri diantaranya adalah: berdoa, bersyukur, intropeksi diri dengan meninjau perbuatan diri sendiri dan berimajinasi secara kreatif.
menurut Rakhmat (2000:49) komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan informasi. Proses ini melewati empat tahap; sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.
Dari empat tahap komunikasi intrapersonal dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Sensasi
Sensasi merupakan tahap awal penerimaan pesan atau informasi yang diterima oleh sensor atau alat indera manusia (eksteroseptor, interoseptor, proprioseptor). Berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.
Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”

b. Persepsi
Persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, hubungan-hubungan yang diperoleh dari menyimpulkan informasi-informasidan menafsirkan pesan yang diterima. memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi.
Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang memengaruhi persepsi, yakni perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli lainnya melemah (Kenneth E. Andersen)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:
1.      Perhatian :       a. Faktor eksternal
a)      Gerakan secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.
b)      Intensitas Stimuli, kita akan memerharikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain
c)      Kebauran (Novelty), hal-hal yang baru dan luar biasa, yang beda, akan menarik perhatian
d)     Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali bila deisertai sedikit variasi akan menarik perhatian

                                    b. Faktor internal
2. Faktor Fungsional
3. Faktor Structural

c. Memori
Memori adalah system yang sangat berstruktur yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.
Jenis-jenis memori ada beberapa macam, diantaranya:
  1. Pengingatan (Recall), Proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secaraverbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.
  2. Pengenalan (Recognition), Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta; lebih mudah mengenalnya.
  3. Belajar lagi (Relearning), Menguasai kembali pelajaran yang sudah kita peroleh termasuk pekerjaan  memori.
  4. Redintergrasi (Redintergration), Merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.

3 Teori tentang Mekanisme Memori :
Teori Aus (Disuse Theory), memori hilang karena waktu.
William James, juga Benton J. Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorize” – makin sering mengingat, makin jelek kemampuan mengingat.

·         Teori Interferensi (Interference Theory), 5 hal yang menjadi hambatan terhapusnya rekaman :
a)      Interferensi,
b)      inhibisi retroaktif (hambatan kebelakang),
c)      inhibisi proaktif (hambatan kedepan),
d)     hambatan motivasional, dan
e)      amnesia.
·      Teori Pengolahan Informasi ( Information Processing Theory), menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masukshort-term memory (STM, memory jangka pendek; lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan pada Long-Term Memory (LTM, memori jangka panjang).


d. Berpikir
Berpikir adalah proses dalam pengambilan kesimpulan. Pada proses ini melibatkan sensasi, persepsi dan memori.
Ada tiga macam berpikir, yaitu:
1. Deduktif: mengambil kesimpulan umum ke khusus.
2. Induktif: mengambil kesimpulan dari hal yang khusus digeneralisir.
3. Evaluatif: menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar